Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Pemanfaatan TIK dalam pendidikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat, yaitu: TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan, sebagai alat bantu pembelajaran, sebagai fasilitas pembelajaran, dan sebagai infrastruktur pembelajaran.
1. Sebagai gudang ilmu pengetahuan, TIK dimanfaatkan sebagai referensi ilmu pengetahuan terkini, manajemen pengetahuan, jaringan pakar beragam bidang ilmu, jaringan antar institusi pendidikan, pusat pengembangan materi ajar, wahana pengembangan kurikulum, dan komunitas perbandingan standar kompetensi.
2. Sebagai alat bantu pembelajaran, TIK dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, misalnya sebagai alat bantu guru dan peserta didik dalam menggunakan metode atau sumber belajar, sebagai alat bantu interaksi guru-peserta didik.
3. Sebagai fasilitas pembelajaran, TIK dapat dimanfaatkan sebagai: perpustakaan elektronik, kelas virtual, aplikasi multimedia, kelas teater multimedia, kelas jarak jauh, papan elektronik sekolah, alat ajar multiintelejensia, pojok internet, dan komunikasi kolaborasi kooperasi (intranet sekolah).
4. Sebagai infrastruktur pembelajaran, TIK memberikan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran, baik dalam skala menengah maupun luas, yang meliputi: ragam teknologi kanal distribusi, ragam aplikasi dan perangkat lunak, bahasa pemprograman, sistem basis data, komputer personal, alat-alat digital, sistem operasi, sistem jaringan dan komunikasi data, dan infrastruktur teknologi informasi (media transmisi).
Resnick (2002) menyebutkan bahwa untuk modernisasi pendidikan paling tidak ada tiga hal penting yang harus dipikirkan kembali, yaitu : How people learn (bagaimana kita belajar); what people learn (apa yang kita pelajari); dan where and when people learn (kapan dan di mana kita belajar).
Sehubungan dengan ini Wahid (2005) menyatakan bahwa How people learn berkaitan dengan metode atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Hal ini relevan dengan Kurikulum 2013 yang menekankan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning) bahwa proses pembelajaran sudah tidak sepenuhnya bergantung kepada guru (instructor dependent), guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar tetapi lebih sebagai fasilitator atau konsultan. Bentuk peran TIK dalam hal ini misalnya melalui sistem pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan electronic learning (e-learning), web-based training (WBT) atau kadang disebut web-based education (WBE), m-learning (mobile learning), dan lain-lain.
Keunggulan belajar jarak jauh yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah akses ke sumber belajar semakin terbuka dan luas, cepat dan tidak terbatas pada ruang dan waktu. Kegiatan pembelajaran dapat dengan mudah dilakukan oleh guru dan siswa, kapan saja dan di mana saja dengan rasa nyaman dan menyenangkan. Batasan ruang, waktu dan jarak tidak lagi menjadi masalah rumit untuk dipecahkan. Melalui teknologi e-learning guru dan siswa bisa melakukan konferensi, diskusi, konsultasi secara elektronik (electronic conference) tanpa harus bertemu disuatu tempat (Rusman, 2009).
Secara umum, intervensi e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi, yaitu:
1. Sebagai tambahan (suplemen) yang sifatnya pilihan (opsional); tidak ada kewajiban bagi peserta didik untuk mengakses materi elearning. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
2. Sebagai pelengkap (complement); materi elearning diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
3. Pengganti (substitusi); e-learning sebagai alternatif model pembelajaran.
Jum'at, 16 Oktober 2020
Penulis : Nur Lailatul Badriah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar